SEBELAS KARAKTER IBAADUR RAHMAAN

Gambar
SEBELAS KARAKTER IBAADUR RAHMAAN (QS. AL FURQON AYAT 63-77) =========== 🌷 *PENDAHULUAN* Allah menceritakan sosok hamba-hamba teladan kepada kita untuk kita tiru kebaikan mereka, agar kita mendapatkan pahala dan kedudukan yang sama dengan mereka. Allah berfirman : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.” Mereka itulah yang dikenal dengan IBAADUR RAHMAN (Hamba-Hambanya Allah Yang Maha Pengasih). Allah menyebutkan SEBELAS KARAKTER/ CIRI mereka dengan rinci di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Furqan : 63-77). 1️⃣ CIRI PERTAMA: *Rendah hati dan menyikapi kebodohan orang dengan cara yang baik* وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا Allah berfirman (yang artinya), “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha

Wasiat Bagi yang Ingin Menunaikan Ibadah Haji





Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin -rahimahullah-

Pertanyaan :
Ada seorang muslim yang ingin berhaji. Apakah perkara yang seyogyanya dia lakukan agar hajinya diterima jika Allah menghendaki?

Jawaban :
Hal-hal yang seharusnya dia lakukan agar hajinya diterima adalah hendaknya dia meniatkan hajinya untuk mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla, inilah yang dinamakan ikhlas. Juga hendaknya dia dalam hajinya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, inilah yang namanya mutaba’ah. Setiap amal shalih tidak akan diterima keuali dengan dua syarat dasar ini ; ikhlas dan meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat. Demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah : 5).
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.”1
Juga berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang bukan termasuk urusan (agama) kami, maka dia tertolak.”2
Ini adalah perkara paling penting yang wajib menjadi sandaran bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji, yaitu ikhlas dan mutaba’ah terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata ketika beliau melaksanakan haji :
لِتَأْخُذُوْا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah dariku tatacara ibadah haji kalian.”3
Kemudian di antara hal yang seharusnya diperhatikan oleh orang yang akan berhaji adalah hendaknya ibadah haji itu dilaksanakan dengan harta yang halal. Sebab berhaji dengan harta yang haram adalah perkara yang diharamkan, tidak boleh dilakukan. Bahkan sebagian ulama berkata bahwa dalam keadaan ini maka hajinya tidak sah. Sebagian mereka berkata :
إذَا حَجَجْتَ بِمَالٍ أَصْلُهُ سُحْتٌ *** فَمَا حَجَجْتَ وَلَكِنْ حَجَّتِ الْعِيرُ
Jika engkau berhaji dengan harta yang asalnya haram
Maka tidaklah engkau berhaji
Tetapi yang berhaji adalah hewan tunggangan
Maksudnya yang berhaji adalah unta.
Di antara hal yang seharusnya dilakukan oleh orang yang akan berhaji adalah hendaknya menjauhi perkara yang dilarang oleh Allah, berdasarkan firman Allah ta’ala :
فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji.” (Al Baqarah : 197).
Jadi hendaknya dia menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah secara umum di dalam haji dan selainnya berupa kefasikan, maksiat, ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan, mendengarkan alat-alat yang sia-sia, dan yang semisalnya. Juga hendaknya dia menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah secara khusus di dalam haji, seperti rafats ; yaitu bersetubuh. Dia juga harus menjauhi perbuatan menggundul kepalanya (sebelum tahallul-pent). Hendaknya dia juga menjauhi apa yang dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkait dengan pakaiannya ketika ihram. Dengan ungkapan yang lebih umum, dia harus menjauhi seluruh perkara yang dilarang dalam ihram.
Sudah sepantasnya pula bagi orang yang menunaikan ibadah haji agar bersikap lembut, mudah, dermawan terhadap harta, kedudukan dan amalannya. Hendaknya dia berbuat baik kepada saudara-saudaranya sesuai dengan kemampuannya. Dia juga wajib untuk menjauhi perbuatan mengganggu kaum muslimin, sama saja apakah ketika berada di tempat-tempat pelaksanaan manasik haji atau di pasar-pasar. Dia tidak boleh menimbulkan gangguan ketika berdesak-desakan di tempat thawaf, tempat sa’i, tempat melempar jumrah, dan yang lainnya.
Inilah perkara-perkara yang sepantasnya atau wajib bagi seseorang yang berhaji untuk melaksanakannya. Di antara perkara terkuat yang dapat mewujudkannya adalah hendaknya dalam hajinya dia menyertai seorang ulama sehingga bisa mengingatkannya tentang agamanya. Jika dia tidak dimudahkan untuk itu, hendaknya dia membaca kitab-kitab para ulama yang terpercaya sebelum dia pergi haji, sehingga dia bisa beribadah kepada Allah di atas ilmu yang dibangun di atas keyakinan.

Sumber


----

Catatan kaki :
  1. Hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Umar bin Al Khaththab radhiallahu ‘anhu. 
  2. Hadits riwayat Muslim dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. 
  3. Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i, At Tirmidzi, dan selainnya dari Jabir radhiallahu ‘anhu.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Harus Sabar dalam Menuntut Ilmu

Tabir Pembatas di Dalam Masjid