Penjelasan Hadits الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

الْبَذَاذَةُ مِنَ الْإِيمَانِ

"Berpenampilan sederhana adalah bagian dari keimanan."

الْبَذَاذَةُ (Al-Badzadzah): Kata ini merujuk pada kesederhanaan dalam berpakaian dan penampilan, tidak berlebih-lebihan, meninggalkan kemewahan dan keglamoran, serta tidak terlalu sibuk mengurus penampilan luar.

مِنَ الْإِيمَانِ (Minal-Iman): Artinya adalah "bagian dari" atau "termasuk cabang dari" keimanan.

2. Derajat Hadits

Hadits ini SAHIH.

Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa perawi, di antaranya:

- Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 4161).

- Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. 4118).

- Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 20436).

Para ulama ahli hadits telah mensahihkan hadits ini, di antaranya:

1. Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak.

2. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (no. 341) dan Sahih Sunan Abi Dawud.

3. Syaikh Syu'aib Al-Arna'uth dalam takhrij-nya terhadap Musnad Imam Ahmad.

Dengan demikian, hadits ini adalah hadits yang shahih dan dapat dijadikan sebagai landasan.

3. Penjabaran dan Makna Hadits

Hadits ini mengandung makna yang sangat dalam tentang hubungan antara penampilan luar dengan kondisi batin (iman) seorang mukmin. Berikut adalah penjabarannya:

a. Makna "Al-Badzadzah" yang Sebenarnya

Al-Badzadzah sering disalahpahami sebagai penampilan yang kumal, kotor, atau tidak terawat. Ini adalah pemahaman yang keliru. Islam adalah agama yang mencintai kebersihan dan keindahan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
"Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan." (HR. Muslim)

Makna al-badzadzah yang benar adalah:

Meninggalkan Kemewahan (At-Tarf)
Yaitu sikap sengaja untuk tidak berpakaian mewah, glamor, dan berlebihan, meskipun ia mampu untuk membelinya.

Sikap Tawadhu' (Rendah Hati)
Penampilan yang sederhana adalah cerminan dari hati yang tawadhu', tidak sombong, dan tidak ingin menunjuk-nunjuk kekayaan atau status sosialnya kepada orang lain.

Tidak Terobsesi dengan Dunia
Orang yang beriman, hatinya tidak terikat pada gemerlap dunia. Ia tidak menghabiskan waktu, pikiran, dan hartanya hanya untuk mengejar tren fashion terbaru atau memamerkan penampilannya. Fokus utamanya adalah akhirat.

Menghindari Pakaian Syuhrah
Yaitu pakaian yang mencolok, baik karena terlalu mewah atau terlalu lusuh, dengan tujuan untuk menarik perhatian orang lain dan menjadi terkenal.

Imam Ibnul Atsir menjelaskan bahwa al-badzadzah adalah "meninggalkan sikap berhias diri dan bermewah-mewahan dalam berpakaian sebagai bentuk tawadhu'."

b. Mengapa Kesederhanaan Bagian dari Iman?

Sikap sederhana dalam penampilan luar menunjukkan kekuatan iman di dalam hati. Alasannya adalah:

Melawan Sifat Sombong (Kibr)
Keinginan untuk tampil mewah sering kali didasari oleh kesombongan dan keinginan untuk merasa lebih tinggi dari orang lain. Dengan memilih kesederhanaan, seorang mukmin sedang melatih jiwanya untuk melawan penyakit hati ini.

Menjaga Hati dari Riya' (Pamer)
Penampilan yang berlebihan dapat membuka pintu riya'. Kesederhanaan membantu menutup pintu ini dan menjaga keikhlasan amal.

Mencerminkan Zuhud
Zuhud bukanlah berarti meninggalkan dunia, tetapi menjadikan dunia di tangan, bukan di hati. Penampilan yang sederhana adalah salah satu wujud dari sikap zuhud terhadap kenikmatan duniawi yang fana.

Meneladani Nabi dan Para Sahabat
Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya adalah teladan dalam kesederhanaan. Meskipun mereka adalah pemimpin dan ada yang kaya raya (seperti Abdurrahman bin Auf), gaya hidup mereka tetap sederhana dan jauh dari kemewahan.

Kesimpulan dan Batasan

Hadits ini mengajarkan kita sebuah prinsip penting tentang keseimbangan:

Bukan berarti harus kotor dan kumal. Seorang muslim tetap wajib menjaga kebersihan diri dan pakaiannya, serta berpenampilan rapi dan sopan.

Bukan berarti haram memakai pakaian bagus. Memakai pakaian yang bagus dan bersih adalah bagian dari mensyukuri nikmat Allah (tahadduts bin ni'mah), selama tidak sampai pada level berlebihan, sombong, atau untuk pamer.

Inti dari hadits ini adalah prioritas batin di atas lahiriah. Iman yang kuat akan membuahkan hati yang rendah hati, dan hati yang rendah hati akan tercermin pada penampilan yang sederhana, tidak silau dengan kemewahan dunia, dan tidak bertujuan untuk mencari pujian manusia.


Posting Komentar

0 Komentar